Saturday 18 September 2010

TUMOR LARING

ANATOMI LARING

Laring
Laring tersusun atas 9 Cartilago ( 6 Cartilago kecil dan 3 Cartilago besar ). Terbesar adalah Cartilago thyroid yang berbentuk seperti kapal, bagian depannya mengalami penonjolan membentuk “adam’s apple”, dan di dalam cartilago ini ada pita suara. Sedikit di bawah cartilago thyroid terdapat cartilago cricoid. Laring menghubungkan laringopharynx dengan trachea, terletak pada garis tengah anterior dari leher pada vertebrata cervical 4 sampai 6.
Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring juga melindungi jalan napas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk. Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas:
a.Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan
b.Glotis : ostium antara pita suara dalam laring
c.Kartilago Thyroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk jakun ( Adam’s Apple )
d. Kartilago Krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring ( terletak di bawah kartilago thyroid )
e. Kartilago Aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago thyroid
f. Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara; pita suara melekat pada lumen laring.

Ada 2 fungsi lebih penting selain sebagai produksi suara, yaitu :
a.Laring sebagai katup, menutup selama menelan untuk mencegah aspirasi cairan atau benda padat masuk ke dalam tracheobroncial
b.Laring sebagai katup selama batuk

TUMOR LARING
(A) TUMOR JINAK LARING
Tumor jinak laring tidak benyak ditemukan, hanya kurang lebih 5% dari semua jenis tumor laring. Tumor jinak laring dapat berupa:
- papiloma laring ( frekuensi terbanyak)
- adenoma
- kondroma
- mioblastoma sel granuler
- hamangioma
- lipoma
- neurofibroma
Papiloma laring:
Tumor ini dapat digolongkan dalam 2 jenis:
Papiloma laring juvenile: ditemukan pada anak, biasanya berbentuk multiple dan mengalami regresi pada waktu dewasa.
Pada orang dewasa biasanya berbentuk tunggal, tidak akan mengalami resolusi dan merupakan prekanker.

BENTUK JUVENIL
Tumor ini dapat tumbuh pada pita suara bagian anterior atau daerah subglotik. Dapat pula tumbuh di plika ventrikularis atau aritenoid.Secara makroskopik bentuknya seperti buah murbei, berwarna putih kelabu dan kadang-kadang kemerahan. Jaringan tumor ini sangat rapuh dan kalau dipotong tidak menyebabkan pendarahan. Sifat yang menonjol dari tumor ini ialah sering tumbuh lagi setelah diangkat, sehingga operasi pengangkatan harus dilakukan berulang-ulang.

Gejala:
Gejala yang utama ialah suara parau. Kadang-kadang terdapat pula batuk. Apabila papiloma telah menutup rima glottis maka timbul sesak nafas dengan stridor.

Diagnosis:
Diagnosis berdasarkan anmnesis, gejala klinik, pemeriksaan laring langsung, biopsy serta pemeriksaan patologi-anatomik.

Terapi:
1. Ekstirpasi papiloma dengan beda mikro atau juga dengan sinar laser. Oleh karena sering tumbuh lagi maka tindakan ini diulangi berkali-kali. Kadang-kadang dalam seminggu sudah tampak papiloma yang tumbuh lagi.
2. Terapi terhadap penyebabnya belum memuaskan, karena sampai sekarang etiologinya belum diketahui dengan pasti.

Sekarang tersangka penyebabnya ialah virus, tetapi pada pemeriksaan dengan mikroskop electron inclusion body tidak ditemukan. Untuk terapinya diberikan juga vaksin dari massa tumor, obat anti virus, hormone, kalsium atau ID methhionin (essential amino acid).
Tidak dianjurkan memberikan radioterapi oleh karena papiloma dapat berubah menjadi ganas.

(B)TUMOR GANAS LARING/ MALIGNANCY
Penatalaksanaan keganasan di laring tanpa memperhatikan bidang rehabilitasi belumlah lengkap. Sebagai gambaran perbandingan, diluar negeri karsinoma laring menempati tempat pertama dalam urutan kegansan di bidang THT sedangkan di RS Cipto Mangunkusomo Jakarta, karsinoma laring menduduki urutan ketiga setelah karsinoma nasofaring dan tumor ganas hidung dan sinus paranasal. Menurut data statistic dari WHO (1961) yang meliputi 35 negara seperti dikutip leh Batsakis (1979), rata-rata 1.2 orang per 100 000 penduduk meninggal oleh karsinoma laring.
Etiologi: 
Etiologi karsinoma nasofaring belum diketahui dengan pasti. Dikatakan oleh para ahli bahwa perokok dan peminum alcohol merupakan kelompok orang-orang dengan resiko tinggi terhadap karsinoma laring. Penelitian epidemiologic menggambarkan beberapa hal yang diduga menyebabkan terjadinya karsinoma laring yang kuat ialah rokok, alcohol da terpajan oleh sinar radioaktif.

Penelitian yang dilakukan di RS Ciptomangunkusomo menunjukan bahwa karsinoma laring jarang ditemukan pada orang yang tidak merokok, sedangkan risiko untuk mendapatkan karsinoma laring naik sesuai dengan kenaikan jumlah rokok yang dihisap.

Yang terpenting pada penanggulangan karsinoma laring ialah diagnosis dini dan pengobatan/ tindakan yang tepat dan kuratif karena tumornya masih terisolasi dan dapat diangkat secara radikal. Tujuan utama ialah mengeluarkan bagian laring yang terkena tumor dengan memperhatikan fungsi respirasi, fonasi serta fungsi sfingter laring.

Frekuensi 
Menurut penelitian dari departemen THT FKUI/RSCM pariode 1982-1987 proporsi karsinoma laring 13,8% dari 1030 kasus keganasan THT. Jumlah kasus rata-rata 25 pertahun. Perbandingan laki dan perempuan adalah 11:1 terbanyak pada usia 56-69 tahun dengan kebiasaan merokok didapatkan pada 73.94%. Periode 1988-1992 karsinoma laring sebesar 9,97% menduduki peringkat ketiga keganasan THT (712 kasus). Karsinoma nasofaring sebesar 71,77% diikuti oleh keganasan hidung dan paranasal 10.11%, telinga 2,11%, orofaring/tonsil 1,69%, esophagus/bronkus 1,54%, rongga mulut 1,40% dan parotis 0,28%.

Histopatologi 
Ca sel skuamosa meliputi 95% sampai 98% dari semua tumor ganas laring. Ca sel skuamosa dibagi 3 tingkat diferensiasi:
a) diferensiasi baik (grade 1)
b) berdiferensiasi sedang (grade 2)
c) berdiferensiasi buruk (grade 3)
Kebanyakkan tumor ganas pita suara cenderung berdiferensiasi baik. Lesi yang mengenai hipofaring, sinus piriformis dan plika ariepiglotika kurang berdiferensiasi baik.

Klasifikasi letak tumor


Tumor supraglotik: 
Terbatas pada daerah mulai dari tepi atas epiglottis sampai batas atas glottis termasuk pita suara palsu dan ventrikel laring.

Tumor glotik:

Mengenai pita suara asli. Batas inferior glotik adalah 10 mm di bawah tepi bebas pita suara, 10
mm merupakan batas inferior otot-otot intrinsic pita suara. Batas superior adalah ventrikel laring.
Oleh karena itu tumor glotik dapat mengenai 1 atau ke 2 pita suara, dapat meluas ke subglotik
sejauh 10 mm dan dapat mengenai komisura anterior atau posterior atau prosessus vokalis
kartilago aritenoid.

Tumor subglotik:
Tumbuh lebih dari 10 mm di bawah tepi bebas pita suara asli sampai batas inferior krikoid.

Tumor ganas transglotik:
Tumor yang menyeberangi ventrikel mengenai pita suara asli dan pita suara palsu atau meluas ke
subglotik lebih dari 10 mm.

Gejala 
1. Serak: 
Gejala utama Ca laring, merupakan gejala dini tumor pita suara. Hal ini disebabkan karena gangguan fungsi fonasi laring. Kualitas nada sangat dipengaruhi oleh besar celah glotik, besar pita suara, ketajaman tepi pita suara, kecepatan getaran dan ketegangan pita suara.

Pada tumor ganas laring, pita suara gagal berfungsi secara baik disebabkan oleh ketidak teraturan pita suara, oklusi atau penyempitan celah glotik, terserangnya otot-otot vokalis, sendi dan ligament krikoaritenoid dan kadang-kadang menyerang saraf. Adanya tumor di pita suara akan mengganggu gerak maupun getaran kedua pita suara tersebut. Serak menyebabkan kualitas suara menjadi semakin kasar, mengganggu, sumbang dan nadanya lebih rendah dari biasa. Kadang-kadang bisa afoni karena nyeri, sumbatan jalan nafas atau paralisis komplit. 

Hubungan antara serak dengan tumor laring tergantung pada letak tumor. Apabila tumor laring tumbuh pada pita suara asli, serak merupakan gejala dini dan menetap. Apabila tumor tumbuh di daerah ventrikel laring, dibagian bawah plika ventrikularis atau dibatas inferior pita suara, serak akan timbul kemudian. 

Pada tumor supraglotis dan subglotis, serak dapat merupakan gejala akhir atau tidak timbul sama sekali. Pada kelompok ini, gejala pertama tidak khas dan subjektif seperti perasaan tidak nyaman, rasa ada yang mengganjal di tenggorok. Tumor hipofaring jarang menimbulkan serak kecuali tumornya eksentif.

2. Suara bergumam (hot potato voice): fiksasi dan nyeri menimbulkan suara bergumam.

3. Dispnea dan stridor:
Gejala yang disebabkan sumbatan jalan nafas dan dapat timbul pada tiap tumor laring. Gejala ini disebabkan oleh gangguan jalan nafas oleh massa tumor, penumpukan kotoran atau secret maupun oleh fiksasi pita suara. Pada tumor supraglotik dan transglotik terdapat kedua gejala tersebut. Sumbatan yang terjadi perlahan-lahan dapat dikompensasi. Pada umunya dispnea dan stridor adalah tanda prognosis yang kurang baik.

4. Nyeri tenggorok: keluhan ini dapat bervariasi dari rasa goresan sampai rasa nyeri yang tajam.

5. Disfagia:
Merupakan ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik, hipofaring dan sinus piriformis. Keluhan ini merupakan keluhan yang paling sering pada tumor ganas postkrikoid. Rasa nyeri ketika menelan (odinofagia) menandakan adanya tumor ganas lanjut yang mengenai struktur ekstra laring.

6. Batuk dan hemoptisis:
Batuk jarang ditemukan pada tumor ganas glotik, biasanya timbul dengan tertekanya hipofaring disertai secret yang mengalir ke dalam laring. Hemoptisis sering terjadi pada tumor glotik dan tumor supraglotik.

7. Nyeri alih ke telinga ipsilateral, halitosis, hemoptisis, batuk dan penurunan berat badan menandaka perluasan tumor ke luar laring atau metastasis jauh.

8. Pembesaran kelenjar getah bening leher dipertimbangkan sebagai metastasis tumor ganas yang menunjukkan tumor pada stadium lanjut.

9. Nyeri tekan laring adalah gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi supurasi tumor yang menyerang kartilago tiroid dan perikondrium.

DIAGNOSIS 

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis. Pemeriksaan laring dapat dilakukan dengan cara tidak langsung menggunakan kaca laring atau langsung dengan mengggunakan laringoskop. Pemeriksaan ini untuk menilai lokasi tumor, penyebaran tumor kemudian dilakukan biopsy untuk pemeriksaan patologi anatomic.
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan selain pemeriksaan laboratorium darah juga pemeriksaan radiologic. Foto toraks diperlukan untuk menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses spesifik dan metastasis di paru. CT scan laring dapat memeperlihatkan keadaan penjalaran tumor pada tulang rawan tiroid dan daerah pre-epiglotis serta metastasis kelenjar getah bening leher.Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan patologi anatomic dari bahan biopsy laring dan biopsy laring dan biopsy jarum halus pada pembesaran kelenjar getah bening di leher. Dari hasil patologi anatomi yang terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa.

KLASIFIKASI TUMOR GANAS LARING (AJCC DAN UICC 1988)
(A) TUMOR PRIMER (T)
Supraglotik 
Tis karsinoma in situ
T1 tumr terdapat pada satu sisi suara/pita suara palsu (gerakan masih baik)
T2 tumor sudah menjalar ke 1 dan 2 sisi daerah supraglotis dan glottis masih bisa bergerak (tidak terfiksir)
T3 tumor terbatas pada laring dan sudah terfiksir atau meluas ke daerah krikoid bagian belakang, dinding medial dari sinus prirformis dan ke arah rongga pre epiglottis.
T4 tumor sudah meluas ke luar laring, menginfiltrasi orofaring jaringan lunak pada leher atau merusak tulang rawan tiroid.

Glottis 
Tis karisnoma in situ
T1 tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara masih baik, atau tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau posterior.
T2 tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih dapat bergerak atau sudah terfiksasi (impaired mobility).
T3 tumor meliputi laring dan pita suara sudah terfiksasi.
T4 tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah keluar dari laring.

Subglotik 
Tis karsinoma in situ
T1 tumor terbatas pada daerah subglotis
T2 tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat bergerak atau sudaj terfiksasi.
T3 tumor sudah mengenai laring dan pita suara sudah terfiksasi.
T4 tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan ke luar laring atau kedua- duanya.

Penjalaran ke kelenjar limfa (N)
Nx kelenjar limfa tidak teraba
N0 secara klinis kelenjar tidak teraba
N1 secara klinis tidak teraba satu kelenjar linfa dengan ukuran diameter 3 cm homolateral.
N2 teraba kelenjar limfe tunggal, ipsilateral dengan ukuran diameter 3-6cm
N2a satu kelenjar limfa ipsilateral, diameter lebih dari 3 cm tapi tidak lebih dari 6 cm.
N2b multiple kelenjar limfa ipsilateral, diameter tidak lebih dari 6 cm
N3 metastasis kelenjar limfa lebih dari 6 cm.

Metastasis jauh (M)
Mx tidak terdapat/terdeteksi.
M0 tidak ada metastasis jauh
M1 terdapat metastasis jauh.

TATALAKSANA 
Setelah diagnosis dan stadium tumor ditegakkan maka ditentukan tindakan yang akan diambil sebagai penanggulanangannya.
Ada 3 cara penanggulangan yang lazim dilakukan yakni pembedahan, radiasi, obat sitostatika atau pun kombinasi daripadanya, tergantung pada stadium penyakit dan keadaan umum pasien.
Sebagai patokan dapat dikatakan stadium 1 dikirim untuk mendapatkan radiasi, stadium 2 dan 3 dikirim untuk operasi, stadium 4 dilakukan operasi dengan rekonstruksi bila masih memungkinkan atau dikirim untuk mendapatkan radiasi.
Jenis pembedahan adalah laringektomi totalis atau pun parsial, tergantung lokasi dan penjalaran tumor, serta dilakukan juga diseksi leher radikal bila terdapat penjalaran ke kelenjar limfa leher. 
Pemakaian sitostatika belum memuaskan, biasanya jadwal peberian sitostatika tidak sampai selesai karena keadaan umum memburuk di samping harga obat ini yang relative mahal sehingga tidak terjangkau oleh pasien.
Para ahli berpendapat bahwa tumor laring ini mempunyai prognosis yang palaing baik di antara tumor-tumor daerah traktus aero-digestivus bila dikella dengan tepat, cepat dan radikal.

REHABILITASI SUARA 
Laringektomi yang dikerjakan untuk mengobati karsinoma laring menyebabkan cacat pada pasien. Dengan dilakukannya pengangkatan laring beserta pita suara yang ada di dalamnya, maka pasien akan menjdai afonia dan bernafas melalui stoma permanen di leher.
Untuk itu diperlukan rehabilitasi terhadap pasien, baik yang bersifat umum yakni agar pasien dapat bermasyarakt dan mandiri kembali maupun rehabilitasi khusus yakni rehabilitasi suara (voice rehabilitation), agar pasien dapat berbicara (bersuara) sehingga berkomunikasi verbal. Rehabilitasi suara dapat dilakukan dengan pertolongan alat bantu suara yakni semacam vibrator yang ditempelkan di daerah submandibula atau pun dengan suara yang dihasilkan dari esophagus (esophageal speech) melalui proses belajar. Banyak faktor yang mempengaruhi suksesnya proses rehabilitasi suara ini tetapi dapat disimpulkan menjadi 2 faktor utama ialah faktor fisik dan faktor psiko-sosial.
Suatu hal yang sangat membantu adalah pembentukan wadah perkumpulan guna menghimpun pasien-pasien tumor laring guna menyokong aspek psikis dalam lingkup yang luas dari pasien baik sebelum maupun sesudah operasi.

CONTOH KASUS
IDENTITAS 
Nama : Tn.A
Umur : 23 Augustus 1957 (53 tahun)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Belum menikah
Pekerjaan : Tukang bina rumah
Agama : Islam
Tanggal dirawat : 23 Augustus 2010
Ruangan : Teratai (kamar 8)

ANAMNESIS (dari IGD :23 Augustus 2010 jam 14:30 WIB)
Keluhan Utama
Benjolan di leher kanan dan kiri.

Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh benjolan di leher kanan dan kirinya.Benjolan di leher kanan timbul kira-kira 5 bulan yang lalu manakala benjolan di leher kiri timbul kira-kira 2 bulan yang lalu.Benjolan yang dirasakan timbul secara tiba-tiba dan makin membesar.Os mengeluh suaranya serak kira-kira 1 bulan yang lalu.Suara serak terus-terusan dan makin lama makin memberat sehingga Os pernah kehilangan suara.Nyeri tenggorok (+) rasa seperti menyucuk.Nyeri menelan (+), boleh makan makanan lunak dan minum air.Batuk (+), selalu batuk darah kira-kira 4 sendok, darah warna merah segar dan berbusa.Pilek disangakal pasien.Demam (+) hilang timbul dan badan sering lemas.Mual (+).Muntah (-). Nyeri ditelinga kanan (+), keluar cairan (-) dan merasakan pendengarannya semakin berkurang.

Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku ada sakit paru sejak kira-kira 5 bulan lalu. Riwayat sakit maag (-), hipertensi (-), sakit gula(-), infeksi kronis (-), asma (-), alergi obat (-), dan kulit sensititif (-).

Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada ahli keluarga pasien yang mengalami penyakit yang sama. Ahli keluarga pasien riwayat hipertensi (-), sakit gula (-), infeksi kronis (-), dan asma (-). Orang tua pasien sudah meninggal.Ayahnya meninggal karena stroke dan ibunya meninggal karena sakit paru.

Riwayat Pengobatan

Pasien mendapat rawatan obat anti tuberkulosis sejak kira-kira 5 bulan lalu.Os juga pernah operasi pada kedua mata untuk kataraknya.

Riwayat Kebiasaan

Makan dan minum biasa,pasien merokok biasanya lebih satu kotak sehari tetapi pada saat ini pasien sudah berhenti merokok sejak 5 bulan lalu, minum alcohol (-), dan obat-obatan terlarang (-), olahraga(-)


PEMERIKSAAN FISIK

Kesadaran : Compos mentis, tampak sakit sedang

Tanda vital :
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,2˚C

Kepala : Noemosefali
Mata: konjungtiva anemis (- /-), Sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung (-/-), refleks cahaya tidak langsung (-/-), pupil isokor (+/+)

Leher : Tiroid tidak teraba membesar, massa (+) kanan dan kiri,padat,kenyal,rata:
• Massa di leher kanan :10cm x 3cm x 2cm
• Massa di leher kiri : 5cm x 2cm x 3cm
• Hiperemis (-)
• Immobile (-)
• Nyeri tekan (-)

Jantung : BJI - BJII normal, regular, murmur (-), gallop (–).

Paru : Suara nafas vesikuler kanan kiri, ronchi (+ / +) pada kedua apex paru,wheezing (-/-)

Perut : Datar, supel, bising usus (+) normal, nyeri tekan (-), udema (-), hepar dan lien tidak teraba membesar, ginjal tidak teraba

Ekstremitas : Akral hangat, motorik normal, udema (-)


PEMERIKSAAN PENUNJANG:

Pemeriksaan laboratorium: 
(a) Pemeriksaan darah lengkap : semua normal

(b) Pemeriksaan kimia darah: semua normal kecuali
Bilirubin total:0,33 mg/dl [0- 1.10 mg/dl :Meningkat]
SGOT :43/ul [38/ul:Meningkat]
SGPT  :49/ul [41/ul : Meningkat]
--> meningkat berkemungkinan OS konsumsi OAT (Obat Anti Tuberkulosis)

Pemeriksaan rontgen paru foto AP dan top lordotik:
• Foto : Thorax Top Lordotik
• Deskripsi : Tampak bercak infiltrat pada kedua apex paru
• Kesan : TB paru aktif duplex

Pemeriksaan endoskopi:
Menggunakan teleskop 70 °, didapatkan:
• Nasofaring :Dalam batas normal
• Epiglottis :Terdapat granula-granula
• Aritenoid :Tidak ada kelainan
• Pita suara :Tidak ada kelainan
• Pita suara palsu :Tidak ada kelainan


DIAGNOSIS KERJA:

1.Tumor laring daerah supraglotik stadium IV.
Dasar: Dari dasar epidemiologi, os seorang laki-laki dan kebiasaannya merokok.Dari gejalanya os mengalami suara serak, sulit untuk menelan dan nyeri tenggorok.Pada pemeriksaan laringoskopi serat optik didapatkan granula-granula didaerah supraglotik.Pada pemeriksaan leher didapatkan benjolan pada daerah kanan dan kiri leher yang merupakan tanda ekstensi tumor ke ekstra laring.

2.TB paru aktif duplex
Dasar: Batuk darah, terdapat bercak infiltrat pada kedua apex paru

DIAGNOSIS BANDING:


1. Tuberkulosis laring
Dasar menyokong: Os menderita tuberkulosis paru,suara serak,nyeri ditenggorok, batuk (+) dan pada pemeriksaan fisik didapatkan benjolan di leher.
Dasar penolakkan: Pada pemeriksaan laringoskopi serat optic tidak didapatkan lesi pada daerah laring.

2. Tumor jinak laring
Dasar menyokong: Os merokok dan suara serak.
Dasar penolakkan: Terdapat metastase ke kelenjar getah bening regional.


3. Nodul vocal
Dasar menyokong:Os menderita suara serak dan batuk
Dasar penolakkan: Tidak didapatkan nodul di pita suara sebesar kacang hijau atau lebih kecil yang berwarna putih.

RENCANA TINDAKAN
MEDIKAMENTOSA
1.Lanjutkan pemberian OAT.
2.OBH combi  expektoran
3.Lycoxy antioksidan

NONMEDIKAMENTOSA
1.Rencana pembedahan
(a)Laringektomi total
Adalah tindakan pengangkatan seluruh struktur laring mulai dari batas atas (epiglotis dan os
  hioid) sampai batas bawah cincin trakea.

(b)Diseksi leher
Tumor supraglotis mengadakan metastase ke kelenjar limfe leher sehingga perlu dilakukan
  tindakan diseksi leher. Pembedahan ini tidak disarankan bila telah terdapat metastase jauh.

2.Kemoterapi
Diberikan pada tumor stadium lanjut, sebagai terapi adjuvant ataupun paliatif. Obat yang diberikan adalah cisplatinum 80–120 mg/m2 dan 5 FU 800–1000 mg/m2.

3.Rehabilitasi
Rehabilitasi setelah operasi sangat penting karena telah diketahui bahwa tumor ganas laring yang diterapi dengan seksama memiliki prognosis yang baik. rehabilitasi mencakup : “Vocal Rehabilitation, Vocational Rehabilitation dan Social Rehabilitation”.

PROGNOSA
Tergantung dari stadium tumor, pilihan pengobatan, lokasi tumor dan kecakapan tenaga ahli. Secara umum dikatakan lima tahun survival pada karsinoma laring stadium I 90 – 98% stadium II 75 – 85%, stadium III 60 – 70% dan stadium IV 40 – 50%. Adanya metastase ke kelenjar limfe regional akan menurunkan kadar survival sebanyak lima tahun sebesar 50%.



DAFTAR PUSTAKA


1. Prof. Dr. Efiaty Arsyad Soepardi, dkk. Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi keenam. 2007. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
2. Adam Boies H. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi keenam. 1997. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC


4 comments:

ume_desu said...

salam. can i ask a question? what happen to the patient in this exampled case? why are you so confident with all the prognosis?

syahida said...

salam..yup..
usually, the prognosis is bad for this patient because he were suffered from the end stage of supraglottic carcinoma and were diagnosed as the tuberculosis' patient.
y i'm so confident?
The prognsis is reveals from the researher.

Anonymous said...

Beberapa bulan kemarin saya berbicara dengan guru besar THT di salah satu rumah sakit ternama di surabaya dan beliau dalam waktu dekat akan mendatangkan vaksin dari luar negeri. Dalam penjelasannya vaksin ini akan diberikan dengan cara injeksi langsung. Semoga terobosan ini akan menjadi titik terang bagi penderita papiloma laring di indonesia.

Unknown said...

Apakah obat ini sudah tersedia